Buku Elektronik vs Buku Fisik

Bismillah..

Platform resmi pendistribusian buku elektronik dan buku audio seperti PlayBook (Google), KindleBook (Amazon), dan Audible (Amazon) menawarkan cara baru membaca buku melalui device (PC, tablet, smartphone). Diantara layanan diatas, saya baru mencoba Audible sekitar satu bulan lalu karena program free trial dan PlayBook sekitar empat bulan lalu. Itupun karena saya memanfaatkan program diskon up to 90% dalam rangka imlek. Kalap? Tentu saja.

To be fair, saya hanya membeli buku-buku yang memang sudah ada dalam wishlist saya, seperti Radical Candor by Kim Scott, Start With Why by Simon Sinek, dan The Subtle Art of Not Giving A F*ck by Mark Manson.

Bagi saya baik buku elektronik maupun buku fisik mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Buku elektronik lebih awet dan tidak memakan tempat penyimpanan karena web-based. Sedang buku fisik, perlu dirawat jika tidak ingin buku menguning dan juga menghabiskan tempat penyimpanan.

Sedikit berbeda dari layanan diatas, Audible adalah platform buku audio semacam buku yang dibacakan (biasanya nih si Penulis sendiri yang membacakan bukunya) sehingga kita hanya perlu mendengarkan. Ide ini cukup menarik, karena sambil mendengarkan saya bisa melakukan hal lain misal saat sedang membereskan rumah, saat digonceng kang Ojol, atau dalam perjalanan.

Untuk layanan kindle dan audible, (saat postingn ini terbit) belum tersedia buku-buku berbahasa Indonesia. Sistem pembayarannyapun masih menggunakan kartu kredit. Itu juga kenapa saya memilih PlayBook untuk layanan buku digital.

Disini saya menemukan kelebihan buku fisik ada pada sensasi "membaca" yang sebenarnya, yang bagi saya tidak dapat digantikan daripada sekedar menatap layar device. Sedangkan kekurangan buku fisik adalah pada perawatan, dan penyimpanan yang harus dipikirkan dengan benar.

See you,
Dyah

Related Posts

There is no other posts in this category.